Kamis, 21 Juni 2012


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Manusia membutuhkan energi yang banyak untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari. Beberapa diantaranya adalah karbohidrat, protein, minyak dan lemak. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Selain itu lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Minyak atau lemak khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat pengumpulan kolesterol. Minyak dan lemak juga befungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Winarno, 2004).
Lemak dan minyak termasuk dalam golongan lipida sederhana.  Lemak dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak.  Asam-asam lemak mengalami esterifikasi dengan ketiga gugus hidroksil dari gliserol.  Ikatan ester adalah ikatan yang paling umum digunakan dalam lemak (Winarno, 2004).
Lemak dan minyak bisa diperoleh dengan mengekstraknya dengan menggunakan pelarut lemak tersebut yang berfungsi memisah lemak dan minyak dengan senyawa yang bersifat polar (air) dan dalam ekstraksi ini akan terbentuk            2 lapisan (Khopkar, 1990).
Tiap-tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan berbeda-beda pada minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu dilakukan percobaan ini, dengan membandingkan pelarut organik (etanol, n-heksana, dan kloroform) serta pelarut polar (air).

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
            Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta mengetahui metode ekstraksi minyak dan lemak.

1.2.1        Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
1.        Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam pelarut.
2.        Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan pelarut air, etanol, n-heksana dan kloroform dengan mengamati diameter masing-masing noda yang terbentuk pada kertas saring.

1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan ekstraksi minyak dan lemak dengan menambahkan pelarut n-heksana atau kloroform beberapa kali dan mengocok campuran hingga terbentuk 2 lapisan yaitu air dan organik yang tidak saling campur, kedua lapisan dipisahkan ditentukan diameter noda yang dihasilkan untuk tiap lapisan.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lipida secara alami terjadi zat organik yang dapat diisolasi dari sesuatu dengan cara ekstraksi menggunakan bahan pelarut organik nonpolar. Lipid memiliki struktur hidrokarbon yang besar, sehingga tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik. Pengertian lipid berbeda dengan karbohidrat dan protein yakni didefinisikan sebagai sifat fisikanya (kelarutan) dibandingkan strukturnya    (Ouellette, 1995). 
Lemak merupakan senyawa yang larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif non polar, misalnya dietil eter atau kloroform. Oleh sebab itu, senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya yaitu senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam air dan tidak dibagi menurut strukturnya. Meskipun struktur lemak bermacam-macam, semua lemak mempunyai sifat struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan hidrokarbon hidrofob yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokarbon hidrofil. Hal ini menggambarkan sifat struktur lemak yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar. Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada temperatur 21-25 ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Lemak binatang dan minyak sayur adalah kebanyakan tergolong lipid. Meskipun terlihat berbeda antara mentega dan minyak babi adalah padatan, sedangkan minyak sayur seperti minyak jagung dan minyak kacang adalah cairan, struktur keduanya relatif sama. Dalam kimia, lemak dan  minyak adalah trigliserida yang terdiri dari gliserol dengan 3 rantai panjang asam karboksilat (Ouellette, 1995).
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak dan kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak          (Winarno, 2004).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrologam (Khopkar, 1990).
Lipid adalah zat yang dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat non-polar (kloroform dan eter) dan tidak larut dalam air. Lipid termasuk senyawaan ester sehingga dapat dihidrolisis oleh alkohol menjadi asam lemak (asam karboksilat)  termasuk gliserol dan kolesterol. Gliserol mempunyai bagian-bagian lagi seperti  trigliserida, dan steroid. Trigliserida dibentuk oleh gliserol diesterifikasi dengan tiga asam lemak dan mewakili lebih dari 90 % dari bahan makanan yang  digunakan untuk makanan hewan. Steroid adalah lipid yang tidak dapat mengalami penyabunan, artinya pemanasan dengan adanya alkali tidak menghidrolisis steroid. Sterol adalah steroid yang paling melimpah, dan kolesterol adalah sterol utama dari jaringan hewan. Lilin adalah ester asam lemak dengan rantai panjang alkohol dan merupakan cakupan yang dapat melindungi daun, batang, serangga, kulit, bulu, rambut dan juga bahan struktur sarang lebah. Lilin dan ester tidak memiliki nilai gizi, karena lilin dan ester bersifat hidrofobik dan tidak bisa didegradasi oleh enzim pencernaan unggul (Ferreira (1999), dalam Balao (2005)).
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau lipida yang sudah dibahas sebelumnya tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida         berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua macam lipida. Kadar air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipida sukar diekstraksi dengan pelarut nonpolar karena bahan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan yang basah dan menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga kurang efisien untuk ekstraksi. Pemanasan yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk proses ekstraksi lipida karena sebagian lipida akan terikat dengan protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga sukar diekstraksi (Day dan Underwood, 1992):
a.         Senyawa trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diekstraksi dengan pelarut-pelarut nonpolar misalnya heksan atau petroleum eter.
b.         Glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar.
c.         Lesitin  atau  secara kimiawi adalah senyawa  fosfatidil-kolin  bersifat  basa dan akan  mudah  larut  dalam  pelarut  yang  sedikit  asam  misalnya  alkohol. Lesitin ini terdapat dalam jaringan tanaman dan jaringa hewan misalnya jaringan saraf dan otak.
d.        Phosphatidyl-serine yaitu fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam kloroform yang sedikit polar dan basis.
Buah kelapa (Cocos nucifera L.) telah menjadi salah satu sumber makanan sejak jaman dahulu. Buah ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan tradisional, daging buah kelapa merupakan sumber nutrisi yang penuh dengan santan berasa gurih. Pada sebagian besar kepulauan di Indonesia, kelapa merupakan sumber pangan yang telah dikonsumsi sejak puluhan bahkan ratusan generasi (Soeka, dkk., 2008).
Terdapat beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari daging buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional melalui cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan kualitas rendah karena kandungan airnya tinggi dan menyebabkan ketengikan. Ekstraksi minyak dengan cara kimia dapat menyebabkan penurunan kualitas beberapa unsur nutrisi penting, antara lain asam laurat dan tokoferol serta menyebabkan tingginya bilangan peroksida. Minyak kelapa fermentasi (fermikel) memiliki banyak kelebihan di antaranya tahan lama, tidak mudah tengik dan hampir tanpa kandungan kolesterol. Asam lemak jenuhnya meliputi asam laurat, miristat, palmitat dan stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuhnya meliputi asam oleat, linoleat dan linolenat. Asam lemak jenuh yang dominan adalah asam laurat. Kelebihan proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain adalah dapat diproduksi secara praktis, hemat bahan bakar, tingkat ketengikan rendah dengan daya simpan lebih lama, aroma lebih harum dan bebas senyawa penginduksi kolesterol (Soeka, dkk., 2008).

 

 

 

 

 

 




 


 



BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa, akuades, etanol, n-heksana, kloroform, kertas saring dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, pipet skala, penggaris, oven, cawan petri, dan labu semprot.

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan Minyak da Lemak
            Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing diisi dengan 5 tetes minyak kelapa.  Pada tabung (1) ditambahkan air, tabung (2) etanol, tabung (3) kloroform, tabung (4) n-heksana, masing-masing sebanyak 1 mL. Campuran tersebut dikocok dan kemudian diteteskan 2 tetes pada kertas saring. Dikeringkan dalam oven selama beberapa menit dan setelah kering diukur diameter masing-masing noda yang terbentuk.

3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
            Disiapkan tabung reaksi sebanyak 3 buah. Tabung (1) dimasukkan 1 mL minyak kelapa dan air kemudian ditambahkan 1 mL kloroform. Larutan tersebut dikocok sampai terbentuk 2 lapisan. Kemudian lapisan organik dipindahkan ke tabung reaksi lain. Lapisan air yang tersisa ditambahkan n-heksana kocok hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan organik dipindahkan ke tabung reaksi yang lain.   Setelah itu, teteskan kloroform, n-hekasana, dan air sebanyak 2 tetes di atas kertas saring yang berbeda. Kemudian lapisan organik I dan lapisan organik II digabungkan dalam satu tabung. Selanjutnya larutan organiknya (pencampuran kloroform dan n-heksana) diteteskan pada kertas saring, lalu dikeringkan dalam oven dan diukur diameter noda yang terbentuk.                         


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
            Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Besarnya kelarutan suatu zat dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut. Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat yang nonpolar akan larut dalam pelarut-pelarut nonpolar (umumnya pelarut-pelarut organik).
Kelarutan minyak dan lemak pada percobaan ini diuji dengan beberapa pelarut untuk ekstraksi minyak yaitu air, n – heksana, etanol dan kloroform.
Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Data pengamatan diameter noda
Pelarut

Diameter Noda (cm)
       KET
Air
0,5
Tidak larut
Etanol
1
Sedikit larut
Kloroform
3
Larut
n-heksana
3,5
Larut


Pada percobaan ini minyak/lemak yang dilarutkan dalam beberapa pelarut (seperti air, n-heksan, kloroform, etanol) yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda. Campuran dalam tabung reaksi tersebut diteteskan satu sampai dua tetes pada kertas saring kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah itu diameter noda yang terbentuk pada masing-masing kertas saring di ukur dengan mistar ukur.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu  minyak dan lemak ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu minyak/lemak dengan rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu minyak/lemak dengan rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan lemak tersebut, sehingga semakin tidak larut dalam air.
Dari hasil pengamatan, diperoleh diameter noda yang ditetesi di atas kertas saring dan dikeringkan di dalam oven. Dimana noda dengan diameter terbesar merupakan noda untuk tingkat kelarutan yang besar, jadi pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik. Hal ini disebabkan karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnya menguap, akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas saring.
Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati.
            Berdasarkan percobaan ini, kelarutan minyak kelapa yang paling baik adalah dalam n-heksana. Urutan kelarutannya dalam etanol, kloroform, dan n-heksan, serta air adalah n-heksana > kloroform > etanol  > air. Pada  percobaan ini didapatkan pula noda pada kelarutan air dengan minyak/lemak sedangkan menurut teori, air merupakan pelarut yang bersifat polar dan minyak/lemak bersifat non-polar sehingga tidak akan saling melarutkan dan tak akan muncul noda pada kertas saring. Hal ini terjadi disebabkan pada saat percobaan pipet tetes yang digunakan untuk memipet minyak digunakan lagi untuk memipet air sehingga kesterilan pada pipet tidak terjamin.

4.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.
            Data pengamatan hasil ekstraksi sampel-sampel minyak dan lemak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Ekstraksi
Lapisan
Diameter Noda (cm)
             KET
Air
-
2 fasa
Kloroform
2,7
2 fasa
n-heksana
3,5
2 fasa
Organik (campuran kloroform dan n-heksna)
3
1 fasa

Suatu hal yang penting dalam ekstraksi pelarut adalah perbandingan distribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi zat dalam pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga, dalam melakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut yang paling tepat. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan.
Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, digunakan pelarut kloroform dan n-heksana. Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak dan lemak cukup larut dalam kloroform dan n-heksana yang dapat dilihat dari diameter noda yang dihasilkan. Saat kloroform dan air dicampurkan, larutan kloroform di bawah dan air di atas karena berat jenis air lebih kecil dari pada kloroform. Kemudian saat larutan n-heksna dicampurkan dalam air, larutan n-heksana baerada pada lapisan atas dan air berada pada lapisan bawah hal ini terjadi karena berat jenis n-heksana lebih kecil dari pada air
Pada ekstraksi minyak dan lemak untuk pelarut organik (kloroform dan n-heksana) ketika diteteskan sebanyak dua tetes diatas kertas saring lalu dikeringkan menghasilkan noda dengan diameter yang berbeda untuk klorofom menghasilkan noda dengan diameternya 2,7 cm sedangkan n-heksan 3,5 cm hal ini dapat dikatakan bahwa n-heksana dan kloroform pelarut organik yang baik untuk minyak dan lemak sementara untuk air yang sebelumnya telah dibahas tidak menghasilkan noda karena saat kaertas saring dikeringkan dalam oven noda tersebut menguap sehingga dapat dikatakan air bakan pelarut yang baik untuk minyak dan lemak.
4.3 Reaksi Ekstraksi Minyak dan Lemak
Adapun reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

a. Minyak dan Air
 


                                    +     H2O                     


b. Minyak dengan Etanol

                                 
                                 +   3 C2H5OH
                                                                                                            C2H5OH

c. Minyak dengan n-heksana
 



                          + 3 CH3(CH2)4CH3           


                                                                                                                     
                                                                                                         CH3(CH2)4CH3           


d. Minyak dengan Kloroform

 

                                                

                                         + 3 CHCl3                                      
                                                                                                             

                                                                                                            CHCl3









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Suatu pelarut yang paling baik untuk melarutkan minyak dan lemak adalah          n-heksan. Urutan kelarutannya adalah n-heksan > kloroform > etanol > air.
2. Kloroform dan n-heksana merupakan pelarut yang cukup baik untuk digunakan dalam ekstraksi minyak dan lemak.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan ini digunakan metode ekstraksi yang lain atau dibandingkan juga dengan sampel minyak/lemak yang lain.
Sebaiknya asisten lebih menjelaskan praktikan lebih jelas agar kami memahami betul percobaan yang dilakukan.














DAFTAR PUSTAKA



Balao, N. C., 2005, Oil and Fat Broiler Nutrition, Poultry Science, (online), 7 (3), 129-141, (http://www.scielo.br/pdf/rbca/v7n3/a01v7n3.pdf, diakses pada tanggal 29 Februari 2012 pukul 0.15 WITA).

Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1994, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Ouellette, J. R., 1995, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Ayatrohaedi, Maxwell Mac Millan International, New York.

Soeka, Y. S., Joko, S., dan Elidar, N., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas (online), vol. 9 (2), hal 91-95,      (http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&key=MTA1LTE3, diakses tanggal  6 Maret 2012, pukul 10:30 wita).

Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.




LEMBAR PENGESAHAN
                                                                                                                                   
                                                                                                                                   

Makassar, 30 April 2012
                  Asisten                                                                      Praktikan


(ARKIEMAH HAMDA)                                             (MUH. ADE ARTASASTA)
Lampiran
1. Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak
5 tetes minyak/lemak
 

                            
-          Dimasukkan dalam 4 buah tabung reaksi
-          Diberikan tanda untuk masing-masing tabung
-          Tabung 1 ditambahkan dengan air
-          Tabung 2 ditambahkan dengan etanol
-          Tabung 3 ditambahkan dengan kloroform
-          Tabung 4 ditambahkan dengan n-heksana
-          Dikocok dan dipipet
-         
Noda
Diteteskan 2 tetes pada kertas saring yang diberi tanda


-          Dikeringkan dalam oven
-         
Data
Diukur diameter noda








2. Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak

Campuran air dan minyak/lemak
                                                                                                                      


-          Ditambahkan 1 mL kloroform
-         
Larutan dengan dua lapisan
Dikocok


-          Kedua lapisan dipisahkan
Lapisan air (I)
Lapisan organik (I)
 


- Ditambah 1 mL kloroform                                          - Diteteskan
- Dikocok dan dipisahkan lagi                                        2 tetes pada
                                                                                                                Kertas saring
Lapisan Organik (II)
Lapisan air (II)
                                                                     -Disimpan


- Dikocok dan dipipet                           - Digabungkan (I & II)
- Diteteskan 2 tetes pada kertas            - Dikocok dan dipipet
   Saring                                                 - Diteteskan  1 tetes pada
    kertas saring
Noda
Noda

 


- Dikeringkan dalam oven                          - Dikeringkan dalam oven
Data
Data
- Diukur diameter noda                               - Diukur diameter noda


3. Data Pengamatan
Tabel 1. Kelarutan Minyak dan Lemak
Pelarut
Diameter Noda (cm)
Minyak Wijen
Minyak Sawit
Margarin
Gliserol
Air
0,8
0,8
0,8
1,0
1,0
1,0
1,4
1,9
1,9
-
-
-
Etanol
-
-
-
-
-
-
1,7
2,9
2,3
-
-
-
n-Heksana
2,4
1,4
1,2
1,9
1,9
1,8
1,3
1,2
1,25
-
-
-
Kloroform
1,5
1,9
1,4
1,9
1,9
1,8
2,6
2,9
2,7
-
-
-

Tabel 2. Ekstraksi Minyak dan Lemak
Lapisan
Diameter Noda (cm)
Minyak Wijen
Minyak Sawit
Margarin
Gliserol
Air
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
n-Heksana
1,9
2,0
2,3
1,9
2,3
2,3
0,9
1,5
1,0
-
-
-
Air
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kloroform
1,6
1,5
1,6
1,8
2,05
1,9
1,9
2,0
1,9
-
-
-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar