BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan energi yang banyak untuk menjalani
aktivitasnya sehari-hari. Beberapa diantaranya adalah karbohidrat, protein,
minyak dan lemak. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein. Selain itu lemak dan minyak
merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Minyak atau lemak khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak essensial
seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah akibat pengumpulan kolesterol. Minyak dan lemak juga
befungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Winarno,
2004).
Lemak dan minyak termasuk dalam
golongan lipida sederhana. Lemak dan minyak
disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Asam-asam lemak mengalami esterifikasi dengan ketiga gugus
hidroksil dari gliserol. Ikatan ester
adalah ikatan yang paling umum digunakan dalam lemak (Winarno, 2004).
Lemak dan minyak bisa diperoleh dengan mengekstraknya
dengan menggunakan pelarut lemak tersebut yang berfungsi memisah lemak dan
minyak dengan senyawa yang bersifat polar (air) dan dalam ekstraksi ini akan
terbentuk 2 lapisan (Khopkar,
1990).
Tiap-tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan
berbeda-beda pada minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu
dilakukan percobaan ini, dengan membandingkan pelarut organik (etanol, n-heksana, dan kloroform)
serta pelarut polar (air).
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah
untuk mempelajari dan memahami kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa
pelarut serta mengetahui metode
ekstraksi minyak dan lemak.
1.2.1
Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
1.
Menentukan
kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai
macam pelarut.
2.
Menentukan
dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan
pelarut air, etanol, n-heksana dan kloroform dengan mengamati diameter
masing-masing noda yang terbentuk pada kertas saring.
1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan ekstraksi minyak dan lemak dengan
menambahkan pelarut n-heksana atau kloroform beberapa kali dan mengocok
campuran hingga terbentuk 2 lapisan yaitu air dan organik yang tidak saling
campur, kedua lapisan dipisahkan ditentukan diameter noda yang dihasilkan untuk
tiap lapisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipida secara alami terjadi zat
organik yang dapat diisolasi dari sesuatu dengan cara ekstraksi menggunakan
bahan pelarut organik nonpolar. Lipid memiliki struktur hidrokarbon yang besar,
sehingga tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik. Pengertian
lipid berbeda dengan karbohidrat dan protein yakni didefinisikan sebagai sifat
fisikanya (kelarutan) dibandingkan strukturnya (Ouellette, 1995).
Lemak merupakan senyawa yang larut dalam air yang dapat
dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
organik yang relatif non polar, misalnya dietil eter atau kloroform. Oleh sebab
itu, senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya yaitu senyawa yang larut dalam
pelarut non polar dan yang tidak larut dalam air dan tidak dibagi menurut
strukturnya. Meskipun struktur lemak bermacam-macam, semua lemak mempunyai
sifat struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan hidrokarbon hidrofob yang
banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokarbon hidrofil. Hal
ini menggambarkan sifat struktur lemak yang tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut non polar. Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya.
Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu
kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada
temperatur 21-25 ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim
dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada
umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian.
Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang
berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat
sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida
tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden dan Fessenden,
1994).
Lemak binatang dan minyak sayur adalah kebanyakan
tergolong lipid. Meskipun terlihat berbeda antara mentega dan minyak babi
adalah padatan, sedangkan minyak sayur seperti minyak jagung dan minyak kacang
adalah cairan, struktur keduanya relatif sama. Dalam kimia, lemak dan minyak adalah trigliserida yang terdiri dari gliserol
dengan 3 rantai panjang asam karboksilat (Ouellette,
1995).
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan
minyak, terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat
pada jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi
karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul
asam lemak dan kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno,
2004).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis
metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan
pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling campur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta
analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia
analitik, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion
logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah
makrologam (Khopkar, 1990).
Lipid adalah zat yang dapat
larut dalam pelarut organik yang bersifat non-polar
(kloroform dan eter) dan tidak larut dalam air. Lipid termasuk senyawaan ester
sehingga dapat dihidrolisis oleh alkohol menjadi asam lemak (asam karboksilat) termasuk gliserol dan kolesterol. Gliserol mempunyai bagian-bagian
lagi seperti trigliserida, dan steroid. Trigliserida dibentuk oleh gliserol diesterifikasi
dengan tiga asam lemak dan mewakili lebih dari 90 %
dari bahan makanan yang digunakan untuk makanan hewan. Steroid adalah
lipid yang tidak dapat mengalami penyabunan, artinya pemanasan
dengan adanya alkali tidak menghidrolisis steroid.
Sterol adalah steroid yang paling melimpah, dan kolesterol adalah
sterol utama dari jaringan hewan. Lilin adalah ester asam lemak dengan rantai
panjang alkohol dan merupakan cakupan yang dapat melindungi daun, batang,
serangga, kulit, bulu, rambut dan juga bahan struktur
sarang lebah. Lilin dan ester tidak memiliki nilai
gizi, karena
lilin dan ester bersifat hidrofobik dan
tidak bisa didegradasi oleh enzim pencernaan unggul (Ferreira (1999), dalam Balao (2005)).
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau
lipida yang
sudah dibahas sebelumnya tidak larut
dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik pemilihan bahan pelarut
yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat
polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang
yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda
maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua macam lipida. Kadar
air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipida sukar diekstraksi dengan pelarut
nonpolar karena bahan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan yang basah dan
menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga kurang efisien
untuk ekstraksi. Pemanasan yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk proses
ekstraksi lipida karena sebagian lipida akan terikat dengan protein dan
karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga sukar diekstraksi (Day dan Underwood, 1992):
a.
Senyawa
trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diekstraksi dengan
pelarut-pelarut nonpolar misalnya heksan atau petroleum eter.
b.
Glikolipida yang
polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar.
c.
Lesitin atau secara
kimiawi adalah senyawa fosfatidil-kolin bersifat
basa dan akan mudah larut
dalam pelarut yang sedikit asam misalnya
alkohol.
Lesitin ini terdapat dalam jaringan tanaman dan jaringa hewan misalnya jaringan
saraf dan otak.
d.
Phosphatidyl-serine
yaitu fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam kloroform
yang sedikit polar dan basis.
Buah kelapa (Cocos nucifera L.) telah menjadi salah satu sumber makanan sejak jaman dahulu. Buah ini merupakan bagian
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan
tradisional, daging buah kelapa merupakan sumber nutrisi yang penuh dengan
santan berasa gurih. Pada sebagian besar kepulauan di Indonesia, kelapa merupakan
sumber pangan yang telah dikonsumsi sejak puluhan bahkan ratusan generasi (Soeka, dkk.,
2008).
Terdapat beberapa cara untuk
mengekstraksi minyak dari daging buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan
fermentasi. Proses tradisional melalui cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan
kualitas rendah karena kandungan airnya tinggi dan menyebabkan ketengikan. Ekstraksi minyak dengan cara kimia dapat
menyebabkan penurunan kualitas beberapa unsur nutrisi penting, antara lain asam
laurat dan tokoferol serta menyebabkan tingginya bilangan peroksida. Minyak kelapa fermentasi (fermikel) memiliki
banyak kelebihan di antaranya tahan lama, tidak mudah tengik dan hampir tanpa
kandungan kolesterol. Asam lemak jenuhnya meliputi asam laurat, miristat,
palmitat dan stearat, sedangkan asam lemak tidak
jenuhnya meliputi asam oleat, linoleat dan linolenat. Asam lemak jenuh yang
dominan adalah asam laurat. Kelebihan
proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain adalah dapat
diproduksi secara praktis, hemat bahan bakar, tingkat ketengikan rendah dengan
daya simpan lebih lama, aroma lebih harum dan bebas senyawa penginduksi kolesterol (Soeka, dkk.,
2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa, akuades, etanol, n-heksana,
kloroform, kertas saring dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes,
pipet skala, penggaris, oven, cawan petri, dan labu semprot.
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan
Minyak da Lemak
Sebanyak
4 buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing diisi dengan 5 tetes minyak
kelapa. Pada tabung (1) ditambahkan air,
tabung (2) etanol, tabung (3) kloroform, tabung (4) n-heksana, masing-masing
sebanyak 1 mL. Campuran tersebut dikocok dan kemudian diteteskan 2 tetes pada
kertas saring. Dikeringkan dalam oven selama beberapa menit dan setelah kering
diukur diameter masing-masing noda yang terbentuk.
3.3.2 Ekstraksi
Minyak dan Lemak
Disiapkan
tabung reaksi sebanyak 3 buah. Tabung (1) dimasukkan 1 mL minyak kelapa dan air
kemudian ditambahkan 1 mL kloroform. Larutan tersebut dikocok sampai terbentuk
2 lapisan. Kemudian lapisan organik dipindahkan ke tabung reaksi lain. Lapisan
air yang tersisa ditambahkan n-heksana kocok hingga terbentuk 2 lapisan.
Lapisan organik dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Setelah itu, teteskan kloroform, n-hekasana,
dan air sebanyak 2 tetes di atas kertas saring yang berbeda. Kemudian lapisan
organik I dan lapisan organik II digabungkan dalam satu tabung. Selanjutnya
larutan organiknya (pencampuran kloroform dan n-heksana) diteteskan pada kertas
saring, lalu dikeringkan dalam oven dan diukur diameter noda yang terbentuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Kelarutan atau solubilitas
adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Besarnya kelarutan suatu zat dalam pelarut organik
maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut. Zat-zat yang bersifat
polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat yang nonpolar
akan larut dalam pelarut-pelarut nonpolar (umumnya pelarut-pelarut organik).
Kelarutan minyak
dan lemak pada percobaan ini diuji dengan
beberapa pelarut untuk ekstraksi minyak yaitu air, n – heksana, etanol dan
kloroform.
Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh
minyak dengan berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Data pengamatan diameter noda
Pelarut
|
Diameter Noda (cm)
|
KET
|
Air
|
0,5
|
Tidak
larut
|
Etanol
|
1
|
Sedikit
larut
|
Kloroform
|
3
|
Larut
|
n-heksana
|
3,5
|
Larut
|
Pada percobaan ini
minyak/lemak yang dilarutkan dalam beberapa pelarut (seperti air, n-heksan,
kloroform, etanol) yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda. Campuran
dalam tabung reaksi tersebut diteteskan satu sampai dua tetes pada kertas
saring kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah itu diameter noda yang
terbentuk pada masing-masing kertas saring di ukur dengan mistar ukur.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak ialah panjang pendeknya
rantai asam lemak penyusunnya. Suatu minyak/lemak dengan rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air,
sementara itu minyak/lemak dengan rantai panjang tidak dapat
larut dalam air. Semakin panjang rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak,
semakin tidak polar minyak dan lemak tersebut, sehingga semakin tidak larut
dalam air.
Dari hasil pengamatan, diperoleh diameter noda
yang ditetesi di atas kertas saring dan dikeringkan di dalam
oven. Dimana noda dengan diameter terbesar merupakan noda untuk tingkat
kelarutan yang besar, jadi pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik. Hal
ini disebabkan karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel
minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam
pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan
kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnya menguap, akan
tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan
lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam
pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel
lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan
kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak
atau lemak pada kertas saring.
Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk
memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih
baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan
lebih mudah untuk diamati.
Berdasarkan percobaan ini, kelarutan
minyak kelapa yang paling baik adalah dalam n-heksana. Urutan kelarutannya dalam etanol,
kloroform, dan n-heksan, serta air
adalah n-heksana > kloroform > etanol > air. Pada percobaan
ini didapatkan pula noda pada kelarutan air dengan minyak/lemak
sedangkan menurut teori, air merupakan pelarut yang bersifat polar dan minyak/lemak bersifat non-polar
sehingga tidak akan saling melarutkan dan tak akan muncul noda pada kertas
saring. Hal ini terjadi
disebabkan pada saat percobaan pipet
tetes yang digunakan untuk memipet minyak digunakan lagi untuk memipet air
sehingga kesterilan pada pipet tidak terjamin.
4.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah pemisahan
suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua
pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi
pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan populer diantara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur,
seperti benzena, karbon
tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.
Data pengamatan hasil ekstraksi
sampel-sampel minyak dan lemak dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Ekstraksi
Lapisan
|
Diameter Noda (cm)
|
KET
|
Air
|
-
|
2 fasa
|
Kloroform
|
2,7
|
2 fasa
|
n-heksana
|
3,5
|
2 fasa
|
Organik
(campuran kloroform dan n-heksna)
|
3
|
1 fasa
|
Suatu hal yang penting dalam ekstraksi pelarut adalah perbandingan
distribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi zat dalam
pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga,
dalam melakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut
yang paling tepat. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan
karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar
nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan.
Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, digunakan pelarut
kloroform dan n-heksana. Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak dan
lemak cukup larut dalam kloroform dan n-heksana yang dapat dilihat dari diameter noda yang
dihasilkan. Saat kloroform
dan air dicampurkan, larutan kloroform di bawah dan air di atas karena berat
jenis air lebih kecil dari pada kloroform. Kemudian saat larutan
n-heksna dicampurkan dalam air, larutan n-heksana baerada pada lapisan atas dan
air berada pada lapisan bawah hal ini terjadi karena berat jenis n-heksana
lebih kecil dari pada air
Pada
ekstraksi minyak dan lemak untuk pelarut organik (kloroform dan n-heksana)
ketika diteteskan sebanyak dua tetes diatas kertas saring lalu dikeringkan
menghasilkan noda dengan diameter yang berbeda untuk klorofom menghasilkan noda
dengan diameternya 2,7 cm sedangkan n-heksan 3,5 cm hal ini dapat dikatakan
bahwa n-heksana dan kloroform pelarut organik yang baik untuk minyak dan lemak
sementara untuk air yang sebelumnya telah dibahas tidak menghasilkan noda
karena saat kaertas saring dikeringkan dalam oven noda tersebut menguap
sehingga dapat dikatakan air bakan pelarut yang baik untuk minyak dan lemak.
4.3 Reaksi Ekstraksi Minyak dan Lemak
Adapun reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
a. Minyak dan Air
C2H5OH
c. Minyak dengan n-heksana
+ 3 CH3(CH2)4CH3
CH3(CH2)4CH3
d. Minyak
dengan Kloroform
CHCl3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Suatu
pelarut yang paling baik
untuk melarutkan minyak dan lemak adalah n-heksan. Urutan
kelarutannya adalah n-heksan > kloroform
> etanol > air.
2. Kloroform dan n-heksana merupakan pelarut yang
cukup baik untuk digunakan dalam
ekstraksi minyak dan lemak.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam
percobaan ini digunakan metode ekstraksi yang lain atau dibandingkan juga
dengan sampel minyak/lemak yang lain.
Sebaiknya asisten lebih menjelaskan praktikan lebih jelas
agar kami memahami betul percobaan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Balao, N. C.,
2005, Oil and Fat Broiler Nutrition, Poultry Science, (online), 7
(3), 129-141, (http://www.scielo.br/pdf/rbca/v7n3/a01v7n3.pdf, diakses pada tanggal 29 Februari 2012 pukul 0.15 WITA).
Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1996, Analisis
Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1994, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia
Analitik, UI-Press, Jakarta.
Ouellette, J. R., 1995, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Ayatrohaedi, Maxwell Mac
Millan International, New York.
Soeka,
Y. S., Joko, S., dan Elidar,
N., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil
Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas (online), vol. 9 (2), hal
91-95, (http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&key=MTA1LTE3, diakses tanggal 6 Maret 2012, pukul 10:30 wita).
Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR
PENGESAHAN
Makassar, 30 April 2012
Asisten Praktikan
(ARKIEMAH HAMDA) (MUH. ADE ARTASASTA)
Lampiran
1. Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak
5 tetes minyak/lemak
|
-
Dimasukkan
dalam 4 buah tabung reaksi
-
Diberikan
tanda untuk masing-masing tabung
-
Tabung
1 ditambahkan dengan air
-
Tabung
2 ditambahkan dengan etanol
-
Tabung
3 ditambahkan dengan
kloroform
-
Tabung
4 ditambahkan dengan
n-heksana
-
Dikocok
dan dipipet
-
Noda
|
-
Dikeringkan
dalam oven
-
Data
|
2. Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak
Campuran air dan minyak/lemak
|
-
Ditambahkan
1 mL kloroform
-
Larutan dengan dua lapisan
|
-
Kedua lapisan dipisahkan
Lapisan air (I)
|
Lapisan organik (I)
|
- Ditambah 1 mL kloroform - Diteteskan
- Dikocok
dan dipisahkan lagi 2
tetes pada
Lapisan Organik (II)
|
Lapisan air (II)
|
- Dikocok dan dipipet -
Digabungkan (I & II)
- Diteteskan 2 tetes pada kertas
- Dikocok dan dipipet
Saring - Diteteskan
1 tetes pada
kertas saring
Noda
|
Noda
|
- Dikeringkan dalam oven - Dikeringkan dalam oven
Data
|
Data
|
3. Data Pengamatan
Tabel 1. Kelarutan Minyak
dan Lemak
Pelarut
|
Diameter Noda (cm)
|
|||||||||||
Minyak Wijen
|
Minyak Sawit
|
Margarin
|
Gliserol
|
|||||||||
Air
|
0,8
|
0,8
|
0,8
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
1,4
|
1,9
|
1,9
|
-
|
-
|
-
|
Etanol
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,7
|
2,9
|
2,3
|
-
|
-
|
-
|
n-Heksana
|
2,4
|
1,4
|
1,2
|
1,9
|
1,9
|
1,8
|
1,3
|
1,2
|
1,25
|
-
|
-
|
-
|
Kloroform
|
1,5
|
1,9
|
1,4
|
1,9
|
1,9
|
1,8
|
2,6
|
2,9
|
2,7
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 2. Ekstraksi Minyak
dan Lemak
Lapisan
|
Diameter Noda (cm)
|
|||||||||||
Minyak Wijen
|
Minyak Sawit
|
Margarin
|
Gliserol
|
|||||||||
Air
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
n-Heksana
|
1,9
|
2,0
|
2,3
|
1,9
|
2,3
|
2,3
|
0,9
|
1,5
|
1,0
|
-
|
-
|
-
|
Air
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Kloroform
|
1,6
|
1,5
|
1,6
|
1,8
|
2,05
|
1,9
|
1,9
|
2,0
|
1,9
|
-
|
-
|
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar